Rabu, 16 Juli 2014

puisi



Teh Pahit di Musim Hujan
Mendung menemani langkah ini
Menjadi pelindung diantara waktu dan mimpi
Memanjakan hati
Penuh dengan rasa iri
Pada sesuatu yang tak kumengerti
Ingin aku lebih menikmati
Hati kosong
Hilang tersapu oleh gerimis yang datang
Mencintai seseorang yang takkan menjadi milikku
Hanya secangkir teh hangat
Yang mengerti sejakala yang kurasakan
Berteman dengan raungan hujan aku bersenandung
Membiarkan dunia dengan kegilaannya
Dan merebahkan hati yang diam
Dibawah hujan aku bersenandung ria
Bernyanyi tralala- tralili seakan kasediahn
Adalah seonggok kulit yang terkelupas
Namun perihnya tetap menari dihati
Ditemani secangkir teh dan hujan yang semakin menjadi
Aku bermanja dengan waktu
Meneguk kepahitan di ujung lidah mimpi indah
Dan berharap lagi matahari tak lagi mengutuki
Hati yang kosong penuh dengan madu kerinduan
Kerinduan pada hari
Hari dimana hanya ada kata cinta
Menaungi kehidupan yang masih
Berdetak ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar